Seberapa Kayakah Dirimu?
Terkadang aku tertawa “kenapa aku tak pernah kepikiran pengen jadi orang kaya?” (dalam hatiku; dih, bodoh banget deh gue) padahal begitu banyak orang yang berlomba-lomba menginginkannya. Kalau memikirkan duit juga santai banget, kaya gak penting gitu. Dulu pas kecil, temen kantor mamaku bilang : “Bu, anakmu lucu ya, dikasih duit malah gak mau, maunya pas lagi butuh aja, kalo dikasih gede malah di balik-in. Kalau anak saya, seberapa pun, gak pernah nolak, kalau dikasih gede, gak pernah di balik-in, masuk kantong semua. Seneng deh bu, punya anak kaya gitu”. Mamaku bilang : “Hehe, iya bu, memang anak saya yang satu ini beda, terlalu polos orangnya. Kalau dia lagi butuh duit, biasanya saya gak pernah kasih pas-pasan, sisanya selalu dikembalikan sepulang sekolah. Kalau dikasih uang jajan juga malah ditabung.”
Suatu hari, pas di awal bulan, yaa tahulah lagi masa-masa
gajian, tanggal muda gituuu haha… Pas pulang sekolah, waktu itu masih kecil kalau
gak salah kelas 3 atau 4 SD. Aku biasanya lewat depan kantor mamaku. Tiba-tiba,
salah seorang rekannya itu memanggilku ; “ Dek, sini dulu, minta tolong
bawa surat ini ke rumah, kasih ke mama ya, mamamu gak berangkat kerja tadi”
katanya. Beliau pun memasukkan surat itu ke kantong bajuku, kemudian diikat
kencang dengan karet gelang. Beliau berpesan “ jangan main-main lagi dijalan
ya, langsung pulang ke rumah, hati-hati suratnya jangan jatuh”. Aku pun langsung
menuju ke rumah, tanpa penasaran isi surat itu apa.
Setelah tiba di rumah, aku langsung menyerahkan surat itu ke
mamaku, aku bilang : “Ma, tadi ada surat titipan dari temanmu”. Mamaku jawab : “surat apa?” trus aku
bilang : “ntahlah Ma, gak tahu, pokoknya tadi disuruh bawa aja”. Lalu mamaku
pun membuka surat itu, dan dia bilang : “loh, berani banget nitip sama
kamu ?”, perkataan itu membuatku kaget, dan aku balas : “memang
kenapa Ma?, kan cuma surat doang ”. Dan tahu apa ? ternyata bukan surat
tapi duit berjuta-juta, coba bayangkan anak
kecil bawa duit banyak-banyak. Seandainya aku gila sama duit, mungkin saja aku
sudah menyembunyikan beberapa lembar tapi gak pernah ada kepikiran seperti itu.
Dan gak tahu kenapa sampai sekarang juga, aku masih santai
aja. Memikirkan duit itu pas lagi butuh-butuh banget, kalau gak butuh, gak
mikir duit. Kalau ada ya syukur, kalau gak ada, juga tidak masalah. Kan setiap
hari masih diberkati, masih bisa menikmati kehidupan, meski hidup sederhana
tapi selalu berkecukupan, semua kebutuhan masih terpenuhi. Lha, buat apa
duitnya kalau sudah merasa cukup? Yaa, boleh sih, tapi ingat seberapa pun duit
yang kita miliki itu tidak akan pernah cukup dan itu tidak bisa mengukur
seberapa kayanya kita.
Nah, yang selalu kepikiran itu travelling, travelling and
travelling around the world. Just it. No more. Rasanya pengen hidup di alam
bebas gitu, yaa istilah “independant” tapi bukan berarti hidup bebas. Dan ketika
aku travelling, aku merasa bahagia dan menemukan
kepuasan dalam jiwaku, seakan tak pernah merasa kekurangan, tapi di sanalah
letak kekayaanku. Karena bagiku, orang kaya itu dinilai bukan seberapa banyak
duitnya atau seberapa banyak harta yang dimilki, tapi diukur dari seberapa dalam
kamu selami lautan, seberapa luas kamu jelajahi daratan dan seberapa tinggi
kamu terbang di langit biru.



Komentar
Posting Komentar